Terompet Tahun Baru
oleh Muhammad
Shirojudin (Guru
Keislaman)
Langit
tiba-tiba menjadi gelap. Awan mendung berarak menyelimuti kota mojokerto. Angin
yang semula semilir, berubah menjadi agak kencang. Para pengendara motor sudah ada yang mulai memakai jas hujan. Yaa…
rintik hujan sudah turun satu demi satu membasahi jalanan kota.
Aku
memacu motor menyusuri jalanan kota untuk mencari apotek yang menjual obat yang
sesuai contoh kemasan yang diberikan oleh mbok (=panggilan untuk
nenekku). Sudah tiga apotek aku datangi tapi tak satupun yang menjual obat yang
kemasannya mirip dengan yang kubawa. Aku tidak berani mengganti pilihan obat
lain walau tadi juga direkomendasikan oleh karyawan apotek.
Kata
si mbak karyawan, “khasiat obatnya sama untuk menanggulangi sakit asam urat,
ini yang terbaru lho mas, baru datang tadi pagi”, setengah promosi.
Memang
beginilah resiko orang kecil. Kalau sudah cocok dengan satu obat, maka akan
enggan untuk beralih ke obat yang lain. Taruhannya terlalu besar. Kalau cocok
yaa syukur Alhamdulillah, tapi kalau tidak cocok maka akan bertambah parah
penyakitnya. Dan itu sama dengan tambahan biaya yang akan semakin membengkak.
Padahal jangankan untuk tambahan biaya berobat, untuk pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari saja masih keteteran. Lha… untuk obat ini saja bukan dari
resep dokter langsung, hanya saja dulu pernah periksa ke bidan desa, dikasih
obat, terasa manjur, maka seterusnya kemasan obat tersebut dijadikan ”resep” untuk
keluhan yang sama selanjutnya.
“Wah gimana nih, obat untuk asam urat mbok
belum dapat, tapi kayaknya sudah mau turun hujan. Padahal aku dah
janji sama cero untuk bakar jagung bersama jelang pergantian tahun nanti
malam”, pikirku.
“Janji
adalah hutang”. Itulah kata-kata yang biasa meluncur begitu saja dari bibir
mungil putraku menirukan ucapan umminya. Kalimat itulah yang terus membayangi
benakku. Bagaimana aku bisa menepati janjiku dalam keadaan hujan seperti ini.
Obat belum kudapatkan dan aku juga belum ke pasar untuk membeli jagung dan
arang. Belum lagi pesanan istriku untuk dibelikan bahan olesan jagung rasa
pedas manis. Ahhh….
Janji
inilah yang membuatku masih bersemangat memacu motorku meski berbasah-basahan
karena tadi lupa tidak membawa jas hujan. Aku sudah bertekad, walau
bagaimanapun aku berusaha menepati janji, terutama janji kepada anak. Aku
adalah contoh baginya. Pemimpin keluarga. Dan seorang pemimpin itu tidak boleh
banyak berjanji, namun sekali berjanji maka harus ditepati.
Setelah
sekian lama mencari, akhirnya kutemukan juga apotek yang menjual obat untuk mbok
diujung kota dekat pom bensin. Setelah itu aku langsung meluncur ke pasar besar
Mojokerto untuk membeli jagung dan bahan-bahan lainnya. Alhamdulillah semua
yang kucari dapat kutemukan dengan relatif mudah.
###
Sementara
itu, seorang bocah usia 8 tahun Cicero Ahmad namanya, putraku, dengan bergegas
melompat dari ranjang tidurnya. Sedikit kebingungan, dia tengok kanan tengok
kiri. Sepertinya dia hendak mencari sesuatu.
“ummi,,
ummi…..!!!” teriak dia. Sesosok ibu yang dia panggil tidak kunjung tiba.
“ummi,,
ummi…..!!!” sekali lagi dia berteriak. Keningnya basah. Dia berkeringat. Dia
terus memanggil-manggil ibunya hingga nafasnya ngos-ngosan dan suaranya
parau.
“Ada
apa sayangku, ada apa? Apakah kamu mimpi buruk?” Ibu yang dinanti bocah kecil
itu datang dan langsung memeluk erat sembari membelai kening basah putranya
tersebut yang baru saja terbangun dari tidurnya.
“Ummi,
terompet! Cero minta dibelikan terompet!”…
“Sayangku,
ada apa gerangan kok tiba-tiba kamu minta dibelikan terompet? Memangnya kamu
mimpi apa? Mimpi mainan terompet, gitu?” tukas sang ibu.
“Cero
ngga mimpi mainan terompet, ummii….., memangnya setiap mimpi harus terwujud?
Apa kalo cero mimpi naik pesawat terus ummi mau membelikan pesawat untuk cero?”
“Subhanallah…anakkku
sayang, yaa bukan begitu…kok tumben-tumbennya, baru bangun tidur langsung
minta dibelikan terompet!!
“Habisnya,
ummi sih…masak minta dibelikan terompet kok dikaitkan dengan
mimpi!!
“Iyya..iyya..anakku
yang pinter! Setiap orang berhak untuk mimpi, bahkan harus punya impian, karena
impian tersebut akan menuntun pemiliknya kearah tujuan hidupnya. Tidak punya
impian berarti tidak punya tujuan hidup. Kalau sudah begitu maka hidupnya akan
sia-sia. Lha…tapi perlu diingat, terwujudnya impian bergantung seberapa serius
kita mengusahakannya, dan…..”
“takdir
Allah!!”
“Yup,
betul sayang….Kalo ingin Jadi anak pinter, harus giat belajar dan tentu
diiringi selalu berdoa kepada Allah agar dibukakan pintu ilmu-Nya, mudah
meraihnya dan sesantiasa ditambah ilmu kita setiap hari…!!”
“Iyya
Ummi…tapi kapan cero dibelikan terompetnya?”
“Habis
ini cero mandi dulu, terus kita sholat jamaah ashar dulu, baru kita beli terompetnya…
tapi tunggu abi pulang yaa, abi masih ke kota membelikan obat untuk mbah uyut
(bc= buyut, yaitu nenekku)”
###
Deru
motor memasuki pelataran rumah memecah derasnya hujan. Genangan air disekitar
rumah menambah gemericiknya suara ketika dilewati roda motor. Genangan air ini
adalah pemandangan lumrah setiap hujan turun dengan lebat. Sebenarnya didepan
rumah ada selokan, tapi tidak bisa berfungsi dengan optimal. Air tidak bisa mengalir
dengan leluasa akibat bangunan tetangga yang menutupi selokan depan rumahnya.
Dan celakanya, pelataran rumahku adalah area yang paling rendah dibanding
tetangga kanan kiriku. Jadinya, setiap ada hujan deras, rumahku menjadi
pelanggan tetap banjir lokal.
“Ummi,
ummi, abi pulang…abi datang ummi” teriak cero.
“Assalamu
‘alaikum”.
“Wa
alaikum salam warahmatullah” jawab serentak istri dan anakku.
“Abi,
basah yaa…!? Ayo mandi dulu abi, sudah saya siapkan air hangat untuk mandi”
tawar istriku.
“Iyya
ummi..sebentar dulu” jawabku.
“Cero,
anak abi yang baik, cero sudah mandi belum?” tanyaku sambil mengusap kepalanya.
“Sudah
abi, barusan saja cero mandinya. Abi, abi lekas mandi, terus kita beli terompet
ke kota!” jawab anakku.
“Terompet?
Untuk apa sayang terompet itu? Katanya nanti mau bakar jagung bersama, ini
sudah abi belikan” tanyaku keheranan.
“Abi,
nanti malam kan malam tahun baru, kalau tidak beli terompet tahun barunya tidak
sah”
“Lhoh,
kata siapa sayang tidak sah?” aku tambah terheran-heran. Gimana bisa, terompet
menjadi penentu sah tidaknya tahun baru.
“Kata
ustad Amin, Abi. Kemarin, ustad Amin bilang kalau nanti di akhir zaman terompet
akan dibunyikan oleh malaikat Isrofil sebagai tanda berakhirnya tahun dunia dan
berganti tahun akhirat. Lha…, itukan berarti untuk menandai berakhirnya tahun
lama berganti dengan tahun yang baru maka harus dibunyikan terompet, seperti
yang dilakukan malaikat Isrofil itu, Abi! ” urai anakku panjang lebar.
“Subhanallah,
anakku memang pinter. Sini, duduk disamping Abi” ajakku.
“Cero
sayang, yang dibilang ustad Amin itu memang benar. Jadi, tugas malaikat Isrofil
itu adalah meniup terompet sebagai tanda berakhirnya kehidupan di dunia dan
akan digantikan dengan kehidupan akhirat. Tapi cero harus ingat, itu adalah
tugas, dan hanya dilakukan malaikat Isrofil, makhluk lain tidak ada yang
melakukannya. Sama seperti dalam permainan sepak bola, hanya wasit saja yang
boleh meniup peluit, karena memang itu tugasnya, selain wasit maka tidak boleh
meniup peluit apalagi menyulut petasan”.
“Sayang,
memang semua hal baru itu tentu harus ada penanda pergantiannya. Dulu ketika
kamu lulus TK dan masuk SD maka ditandai dengan seragam baru warna merah putih.
Ketika malam berganti pagi maka ditandai dengan cerahnya langit oleh sinar sang
mentari yang sebelumnya gelap. Namun semua tanda tersebut harus benar-benar
berfungsi menunjukkan hal yang baru tersebut”.
“Coba
Abi mau tanya ke cero, disekolah cero kan kalau masuk kelas ditandai dengan
bunyi lonceng, betul begitu sayang?”
“Benar
Abi, Pak Gito yang biasanya memukul lonceng. Suaranya keras sekali Abi.”
“Iyya.
Terus kalau yang biasa lewat depan rumah kan juga biasanya terdengar bunyi
lonceng, apakah itu berarti cero waktunya masuk kelas?”
“yaaa…enggaklah
Abi, itu kan bunyi dari cak Salik, penjual es”
“Begitulah
sayang, sebuah tanda itu harus sesuai dengan fungsinya masing-masing. Bunyi
terompet itu bukan tanda masuknya tahun baru, tapi hanya sekadar kemeriahan
menyambut datangnya tahun baru”
“Oww…tapi
kenapa tahun baru harus disambut dengan meriah, Abi?” Tanya anakku dengan
antusias.
“Enggak
harus sayang, tidak ada yang mengharuskan. Justru seharusnya, momen tahun baru
itu adalah saat yang baik untuk menata kembali impian kita. Misalnya, cero kan
katanya setelah lulus SD mau masuk pesantren modern sama seperti ummi, lha di
tahun baru ini harus dimanfaatkan oleh cero untuk mengecek kesiapan cero.
Bagaimana dengan kemampuan bahasa Arab dan bahasa Inggris cero, apakah sudah
mengalami kemajuan pesat atau masih sama seperti yang lalu-lalu?. Terus setelah
itu dibuat program belajar untuk satu tahun kedepan dalam rangka menggenjot
kemampuan berbahasa, Arab dan Inggris. Karena kemampuan itulah modal utama
untuk bisa diterima di pesantren modernnya ummi dulu”.
“Oww..gitu
yaa Abi, jadi terompetnya gimana sekarang?” harap anakku.
“Kalau
cero ingin terompet, yaa nanti setelah sholat maghrib berjamaah kita beli
sama-sama dengan ummi. Tapi, dengan atau tanpa bunyi terompet, tetap besok akan
kita masuki tahun baru”
“Iyya
abi, abi sekarang mandi dulu, itu bibirnya bergetar sejak tadi karena
kedinginan” pinta istriku.
“Abi
mandi dulu, cero dan ummi bersiap sholat maghrib yaa….!!”
###
Setelah
adzan maghrib selesai dikumandangkan oleh pak Joko melalui speaker masjid dekat
rumah, kami bertiga terus sholat berjamaah dirumah karena memang hujan masih
turun rintik-rintik. Selesai sholat terus dilanjut dzikir dan berdoa. Aku lirik
kebelakang, tampak olehku cero tertidur pulas dalam pangkuan umminya. Seorang
bocah kecil, yang sebelumnya sangat bersemangat untuk membeli terompet dan akan
membakar jagung bersama untuk menyambut datangnya tahun baru, sekarang sudah
lupa akan semuanya itu, tinggi melayang inginnya hingga akhirnya terjerembab
dalam buaian mimpi tidurnya.
Aku
sempat berfikir, apakah pemimpin bangsa ini sama seperti cero. Diawal menjadi
calon hingga awal-awal menjadi pemimpin sungguh sangat bersemangat mengajukan
berbagai rancangan ingin untuk membangun bangsa yang lebih baik, tapi pada
akhirnya akan kelelahan, tidur pulas dalam buaian kekuasaan dan melupakan
ucapannya sendiri. Ahh…
Met
tidur anakku sayang. Selamat tahun baru, sayang. Doa Abi dan Ummi senantiasa
menyertaimu.
Casino Near Yosemite - Mapyro
BalasHapusMapyro of the Yosemite National Park in Western Nevada shows signs of activity 삼척 출장샵 at the site. Trails 천안 출장마사지 and trails 수원 출장마사지 feature hiking 공주 출장안마 trails, hiking trails 사천 출장샵 and